Saya baru faham sekarang, ternyata… mengapa disetiap kita bertamu ke
rumah teman (sahabat lama) atau bahkan keluarga sekalipun, selalu mendapat jamuan yang
tidak sekedar atau hanya alakadarnya. Ujung-ujungnya selalu
ditawari makan, tak hanya sekedar sodoran minum teh hangat, atau kopi
saja.
Bertamu dalam kondisi yang tidak direncakan jauh hari sebelumnya, tentu saudara atau teman kita merasa sedikit kewalahan untuk menyajikan jamuannya. apalagi kita, yang sengaja datang sebagai tamu tak diundang, karena pemberitahuan mendadak atau tak melakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada teman atau saudara jauh yang sengaja akan kita kunjungi.
Tentu, pengalaman ini tak sekedar rasa subjektifitas saya saja, kalau bertamu kerumah orang, teman atau saudara yang telah lama tak dikunjungi, kita akan mendapat jamuan alakadarnya yang bukan hanya basa-basi biasanya, tak lama setelah dipersilahkan dudukpun, secangkir air tawar, teh atau kopi akan segera tersaji.
Nah, giliran camilan sebagai teman minum, ini yang masih fifty2, antara ada karena tersedia., atau biasa disediakan si tuan rumah, dan bila ternyata tak tersedia?, si empunya rumah akan langsung nyari diwarung sebelah. Hanya persoalannya, si tuan rumah tak biasa menyediakan makanan untuk disuguhkan disaat ada tamu datang, atau pas giliran nyari camilan diwarung, sama gak ada, atau warungnya sudah tutup, lalu apa yang akan dan dapat disajikan pada sang tamu tak diundang.
Yang ada maka itulah yang disajikan dan dibawa ke meja tetamu.
Sehingga tidak heran, saking inginnya memuliakan tamu yang berkunjung, si tuan rumah akan menawarkan suguhan makan nasi bareng-bareng, jangan dulu pergi, nanti… istri saya lagi masak, ngaliwet atau cerita lainnya supaya kita yang bertamu mau menerima bentuk penghormatan sang tuan rumah.
Maka jangan heran, kalau ujung-ujungnya disetiap kita bertamu, akan ditawari makan berat oleh pemilik rumah.
Alasanya ya itu tadi, camilannya gak tersedia, beli ke warung, warungnya tutup, atau kue2nya tak ada, atau memang benar2 kondisi keuangannya yang tak mendukung, akhirnya jurus terakhir yang disuguhkan adalah penghormatan sepenuh hati dengan persembahan makan2, galadinner, makan siang atau makan bersama yang tak lagi mempersoalkan masalah waktu, yang penting anda sebagai tamu, bahagia telah bertamu kerumah saya.
Namun ada sedikit tanya dalam benakku saat itu, apakah bentuk jamuan atau lebih tepatnya sambutan penghormatan ini hanya berlaku bila kita bertamu ke rumah teman atau saudara yang ada dipelosok, dikampung-kampung ? Jangan-jangan iya, gumamku saat itu.
Tapi mudah-mudahan saja ini adalah bagian dari kebiasaan positif yang "berhasil" diwariskan para orang tua kita dulu, semoga saja kita juga akan turut serta melestarikannya.
Yang patut ditiru tentu bukan soal ngasih sajian makannya, tapi perilaku positif yang benar-benar telah menempatkan siapapun yang datang jadi tetamu kerumah kita, wajib mendapat "jamuan" dan penghormatan maksimal.
*catatan lama yg coba dihangatkan kembali
Bertamu dalam kondisi yang tidak direncakan jauh hari sebelumnya, tentu saudara atau teman kita merasa sedikit kewalahan untuk menyajikan jamuannya. apalagi kita, yang sengaja datang sebagai tamu tak diundang, karena pemberitahuan mendadak atau tak melakukan konfirmasi terlebih dahulu kepada teman atau saudara jauh yang sengaja akan kita kunjungi.
Tentu, pengalaman ini tak sekedar rasa subjektifitas saya saja, kalau bertamu kerumah orang, teman atau saudara yang telah lama tak dikunjungi, kita akan mendapat jamuan alakadarnya yang bukan hanya basa-basi biasanya, tak lama setelah dipersilahkan dudukpun, secangkir air tawar, teh atau kopi akan segera tersaji.
Nah, giliran camilan sebagai teman minum, ini yang masih fifty2, antara ada karena tersedia., atau biasa disediakan si tuan rumah, dan bila ternyata tak tersedia?, si empunya rumah akan langsung nyari diwarung sebelah. Hanya persoalannya, si tuan rumah tak biasa menyediakan makanan untuk disuguhkan disaat ada tamu datang, atau pas giliran nyari camilan diwarung, sama gak ada, atau warungnya sudah tutup, lalu apa yang akan dan dapat disajikan pada sang tamu tak diundang.
Yang ada maka itulah yang disajikan dan dibawa ke meja tetamu.
Sehingga tidak heran, saking inginnya memuliakan tamu yang berkunjung, si tuan rumah akan menawarkan suguhan makan nasi bareng-bareng, jangan dulu pergi, nanti… istri saya lagi masak, ngaliwet atau cerita lainnya supaya kita yang bertamu mau menerima bentuk penghormatan sang tuan rumah.
Maka jangan heran, kalau ujung-ujungnya disetiap kita bertamu, akan ditawari makan berat oleh pemilik rumah.
Alasanya ya itu tadi, camilannya gak tersedia, beli ke warung, warungnya tutup, atau kue2nya tak ada, atau memang benar2 kondisi keuangannya yang tak mendukung, akhirnya jurus terakhir yang disuguhkan adalah penghormatan sepenuh hati dengan persembahan makan2, galadinner, makan siang atau makan bersama yang tak lagi mempersoalkan masalah waktu, yang penting anda sebagai tamu, bahagia telah bertamu kerumah saya.
Namun ada sedikit tanya dalam benakku saat itu, apakah bentuk jamuan atau lebih tepatnya sambutan penghormatan ini hanya berlaku bila kita bertamu ke rumah teman atau saudara yang ada dipelosok, dikampung-kampung ? Jangan-jangan iya, gumamku saat itu.
Tapi mudah-mudahan saja ini adalah bagian dari kebiasaan positif yang "berhasil" diwariskan para orang tua kita dulu, semoga saja kita juga akan turut serta melestarikannya.
Yang patut ditiru tentu bukan soal ngasih sajian makannya, tapi perilaku positif yang benar-benar telah menempatkan siapapun yang datang jadi tetamu kerumah kita, wajib mendapat "jamuan" dan penghormatan maksimal.
*catatan lama yg coba dihangatkan kembali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar